Oleh : Eman Prasetyo, SKM, M.Kes
Kita lihat fenomena yang ada dimasyarakat islam
khususnya di Indonesia bahwa ibadah umroh sekarang menjadi semacam trend bagi
semua kalangan baik para pejabat, artis, pengusaha, masyarakat dengan status ekonomi
menengah keatas ataupun masyarakat dengan status ekonomi menengah kebawah.
Akibat hal tersebut kita melihat iklan-iklan agen umroh dan haji dengan
menawarkan paket perjalanan ibadah umroh baik itu paket 9 hari, paket 12 hari
dan paket promo lainnya dengan variasi harga yang berbeda-beda pula serta
pembimbing ibadah umroh dengan mengandeng Artis, Dai atau Ustad ustad terkenal.
Pada kesempatan ini penulis tidak mengupas kegiatan
dari sisi ibadah umroh selama di Arab Saudi ataupun strategi marketing para agen
umroh untuk menarik peminat pelaku perjalanan ibadah umroh karena hal tersebut
bukan kapasitas kami, penulis hanya mengupas dari salah satu sisi perjalanan
umroh yaitu dari sisi kesehatan.
Data di Kantor Kesehatan Pelabuhan Palangkaraya
menyebutkan kisaran jumlah jemaah umroh yang melakukan vaksinasi meningitis pada
tahun 2018 sekitar 3.000 orang, artinya
bahwa jumlah peminat umat islam melakukan perjalanan umroh dari tahun ketahun mengalami
kenaikan dan jumlahnya juga lumayan besar untuk ukuran penduduk di Kalimantan
Tengah khususnya Palangkaraya.
Perbedaan perjalanan umroh dan Haji (Tinjauan
kesehatan)
Pertama,
Perjalanan ibadah umroh dan Ibadah haji sangatlah berbeda salah satunya dari
sisi kesehatan. Dalam ibadah haji sangat ketat sekali pemeriksaaan kesehatan
sebelum berangkat ke Arab Saudi karena harus melalui 3 (tiga) tahap pemeriksaan
yaitu Pemeriksaan kesatu dan kedua di Dinas Kesehatan serta pemeriksaan akhir atau
pemeriksaan ketiga di asrama haji. Dalam jemaah umroh hanya sekali saja mereka
melakukan pemeriksaan kesehatan pada saat mereka mau melakukan vaksinasi
meningitis di Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Kedua, jemaah umroh jarang
sekali dalam satu rombongan ada tim medis atau tim kesehatan hal ini berbeda
dengan jemaah haji per kloter pasti didampingi oleh 1 dokter dan 2 perawat
untuk memantau kesehatan jemaah haji.
Dari sisi kesehatan karena jemaah umroh dan haji sama-sama
pergi ke Arab Saudi dan disana meskipun sudah menurun kasus Mers CoV akan
tetapi masih ada kasus tersebut. Berdasarkan
publikasi pada website Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada
tanggal 27 Maret 2018 disebutkan bahwa Kementerian Arab Saudi telah merilis
laporan baru yang menyebutkan 4 orang terinfeksi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS – CoV) di Arab
Saudi. Maka semua orang yang pernah melakukan perjalanan ke Arab Saudi beresiko
untuk tertular virus MERS CoV yang sangat mematikan.
Laporan Singkat Kronologis Jemaah Umroh Datang Sakit
Baru
baru ini tim KKP palangkaraya mendapatkan laporan dari Dinas Kesehatan Kapuas
tepatnya pada akhir bulan November 2018 didapatkan salah satu jemaah umroh dari
Kabupaten Kapuas di rawat di RS Kapuas dengan gejala yang mirip dengan kasus
MERS CoV. Tanpa menyebutkan identitas dan jenis kelaminnya penulis disini
bermaksut untuk menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar kedepannya lebih
baik lagi.
Cerita singkatnya ada jemaah umroh setelah pulang dari
Arab Saudi dan pulang ke Kapuas mengalami gejala, batuk, panas dan sesak nafas
akhirnya masuk ke UGD Rumah Sakit yang ada di Kapuas dan akhirnya tim kesehatan
gabungan turun untuk melakukan Penyelidikan Epidemiologi, baik itu dari Dinkes
Kapuas, BBTKL Banjarbaru, dan KKP Palangkaraya. Singkat cerita jemaah umroh
dari Kabupaten Kapuas berangkat ke Arab Saudi melalui Bandara Syamsudin Nor
Banjarmasin melalui agen umroh Banjarmasin dan setelah melakukan ibadah umroh
di Madinah sempat sakit dengan gejala badan terasa kurang fit dan sesak nafas
akan tetapi setelah dilaporkan ke ketua rombongan Jemaah tersebut tidak
mendapatkan pengobatan. Pada saat di Mekkah dalam melaksanakan ibadah Jemaah
tersebut dibantu orang lain dan pada saat pulang akhirnya beliau harus memakai
kursi roda. Setibanya di Kapuas tidak berselang 24 jam harus dimasukkan ke UGD
dan mendapatkan perawatan di ruang khusus dan penanganan yang serius oleh tim
RS. Alhamdulilah setelah dirawat beberapa hari jemaah tersebut bisa pulang dan
bukan terkena MERS CoV.
Hikmah dibalik itu semua
Bagi jemaah umroh : Pertama, mulai sekarang pilihlah agen
atau biro perjalanan umroh yang kredibel yang khususnya melayani ibadah juga
melayani kesehatan jemaah baik sebelum berangkat, pada saat di arab Saudi dan
pada saat pulang. Kedua, Jemaah umroh
melakukan vaksinasi meningitis minimal 14 hari sebelum berangkat karena setelah
dilakukan wawancara jemaah tersebut hanya berkisar 3 hari divaksin sebelum
berangkat.
Bagi Agen umroh : Mohon
disamping membimbing dari sisi ibadah keagamaan dan dokumen perjalanan agar agen
juga memperhatikan kesehatan jemaah umroh, akan lebih baik lagi jika dapat menyediakan
tim medis selama di Arab Saudi serta berkoordiansi dengan Dinas Kesehatan atau
KKP setempat.
Bagi Instansi Kesehatan : Kerjasama
dan koordinasi dalam rangka detect,
prevent dan respon terhadap bahaya ancaman penyakit dari luar negeri tetap
diperhatikan dan tim gerak cepat tanggap terhadap isu kesehatan khususnya bagi
pelaku perjalanan ke luar negeri. Kerjasama itu mulai dari Puskesmas, RS,
Dinkes Kota/Kabupaten, Dinkes Provinsi, KKP dan BBTKL.
Semoga
bumi Kalimantan Tengah terhindar dari penyakit-penyakit menular yang berpotensi
menyebabkan kedaruratan masyarakat secara luas. Aamiin