Selasa, 09 Juli 2019

Ketika Jemaah Umroh Sakit Pasca Kedatangan

Oleh : Eman Prasetyo, SKM, M.Kes

Kita lihat fenomena yang ada dimasyarakat islam khususnya di Indonesia bahwa ibadah umroh sekarang menjadi semacam trend bagi semua kalangan baik para pejabat, artis, pengusaha, masyarakat dengan status ekonomi menengah keatas ataupun masyarakat dengan status ekonomi menengah kebawah. Akibat hal tersebut kita melihat iklan-iklan agen umroh dan haji dengan menawarkan paket perjalanan ibadah umroh baik itu paket 9 hari, paket 12 hari dan paket promo lainnya dengan variasi harga yang berbeda-beda pula serta pembimbing ibadah umroh dengan mengandeng Artis, Dai atau Ustad ustad terkenal.
Pada kesempatan ini penulis tidak mengupas kegiatan dari sisi ibadah umroh selama di Arab Saudi ataupun strategi marketing para agen umroh untuk menarik peminat pelaku perjalanan ibadah umroh karena hal tersebut bukan kapasitas kami, penulis hanya mengupas dari salah satu sisi perjalanan umroh yaitu dari sisi kesehatan.
Data di Kantor Kesehatan Pelabuhan Palangkaraya menyebutkan kisaran jumlah jemaah umroh yang melakukan vaksinasi meningitis pada tahun 2018 sekitar  3.000 orang, artinya bahwa jumlah peminat umat islam melakukan perjalanan umroh dari tahun ketahun mengalami kenaikan dan jumlahnya juga lumayan besar untuk ukuran penduduk di Kalimantan Tengah khususnya Palangkaraya.

Perbedaan perjalanan umroh dan Haji (Tinjauan kesehatan)
Pertama, Perjalanan ibadah umroh dan Ibadah haji sangatlah berbeda salah satunya dari sisi kesehatan. Dalam ibadah haji sangat ketat sekali pemeriksaaan kesehatan sebelum berangkat ke Arab Saudi karena harus melalui 3 (tiga) tahap pemeriksaan yaitu Pemeriksaan kesatu dan kedua di Dinas Kesehatan serta pemeriksaan akhir atau pemeriksaan ketiga di asrama haji. Dalam jemaah umroh hanya sekali saja mereka melakukan pemeriksaan kesehatan pada saat mereka mau melakukan vaksinasi meningitis di Kantor Kesehatan Pelabuhan.  Kedua, jemaah umroh jarang sekali dalam satu rombongan ada tim medis atau tim kesehatan hal ini berbeda dengan jemaah haji per kloter pasti didampingi oleh 1 dokter dan 2 perawat untuk memantau kesehatan jemaah haji.
Dari sisi kesehatan karena jemaah umroh dan haji sama-sama pergi ke Arab Saudi dan disana meskipun sudah menurun kasus Mers CoV akan tetapi masih ada kasus tersebut. Berdasarkan  publikasi pada website Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 27 Maret 2018 disebutkan bahwa Kementerian Arab Saudi telah merilis laporan baru yang menyebutkan 4 orang terinfeksi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS – CoV) di Arab Saudi. Maka semua orang yang pernah melakukan perjalanan ke Arab Saudi beresiko untuk tertular virus MERS CoV yang sangat mematikan.

Laporan Singkat Kronologis Jemaah Umroh Datang Sakit



Baru baru ini tim KKP palangkaraya mendapatkan laporan dari Dinas Kesehatan Kapuas tepatnya pada akhir bulan November 2018 didapatkan salah satu jemaah umroh dari Kabupaten Kapuas di rawat di RS Kapuas dengan gejala yang mirip dengan kasus MERS CoV. Tanpa menyebutkan identitas dan jenis kelaminnya penulis disini bermaksut untuk menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar kedepannya lebih baik lagi.

Cerita singkatnya ada jemaah umroh setelah pulang dari Arab Saudi dan pulang ke Kapuas mengalami gejala, batuk, panas dan sesak nafas akhirnya masuk ke UGD Rumah Sakit yang ada di Kapuas dan akhirnya tim kesehatan gabungan turun untuk melakukan Penyelidikan Epidemiologi, baik itu dari Dinkes Kapuas, BBTKL Banjarbaru, dan KKP Palangkaraya. Singkat cerita jemaah umroh dari Kabupaten Kapuas berangkat ke Arab Saudi melalui Bandara Syamsudin Nor Banjarmasin melalui agen umroh Banjarmasin dan setelah melakukan ibadah umroh di Madinah sempat sakit dengan gejala badan terasa kurang fit dan sesak nafas akan tetapi setelah dilaporkan ke ketua rombongan Jemaah tersebut tidak mendapatkan pengobatan. Pada saat di Mekkah dalam melaksanakan ibadah Jemaah tersebut dibantu orang lain dan pada saat pulang akhirnya beliau harus memakai kursi roda. Setibanya di Kapuas tidak berselang 24 jam harus dimasukkan ke UGD dan mendapatkan perawatan di ruang khusus dan penanganan yang serius oleh tim RS. Alhamdulilah setelah dirawat beberapa hari jemaah tersebut bisa pulang dan bukan terkena MERS CoV.

Hikmah dibalik itu semua

Bagi jemaah umroh : Pertama, mulai sekarang pilihlah agen atau biro perjalanan umroh yang kredibel yang khususnya melayani ibadah juga melayani kesehatan jemaah baik sebelum berangkat, pada saat di arab Saudi dan pada saat pulang. Kedua, Jemaah umroh melakukan vaksinasi meningitis minimal 14 hari sebelum berangkat karena setelah dilakukan wawancara jemaah tersebut hanya berkisar 3 hari divaksin sebelum berangkat.

Bagi Agen umroh : Mohon disamping membimbing dari sisi ibadah keagamaan dan dokumen perjalanan agar agen juga memperhatikan kesehatan jemaah umroh, akan lebih baik lagi jika dapat menyediakan tim medis selama di Arab Saudi serta berkoordiansi dengan Dinas Kesehatan atau KKP setempat.

Bagi Instansi Kesehatan : Kerjasama dan koordinasi dalam rangka detect, prevent dan respon terhadap bahaya ancaman penyakit dari luar negeri tetap diperhatikan dan tim gerak cepat tanggap terhadap isu kesehatan khususnya bagi pelaku perjalanan ke luar negeri. Kerjasama itu mulai dari Puskesmas, RS, Dinkes Kota/Kabupaten, Dinkes Provinsi, KKP dan BBTKL.

Semoga bumi Kalimantan Tengah terhindar dari penyakit-penyakit menular yang berpotensi menyebabkan kedaruratan masyarakat secara luas. Aamiin